Kamis, 15 September 2011

TURUNNYA AL-QURAN

Catatan penyaji :

Masih banyak diantara kita belum mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pokok diatas. Karena itu penyaji menganggap perlu menyampaikannya sebagai pengetahuan yang sangat perlu dipahami , agar terhindar dari salah pemahaman dan salah informasi seputar permasalahan “Turunnya Al-Quran”. Karena alas an teknis , maka catatan kaki tidak dapat disertakan , karenanya bagi peminat yang ingin melihat catatan kaki yang menjadi rujukan , hendaknya melihat dari bukunya yang asli.

Dinukil dari :
“Sejarah Lengkap Al Quran”
Diterjemahkan dari “ Tarikh Al-Quran”
Karya Muhammad Hadi Ma’rifat
Penerjemah : Thoha Musawa
Penerbit AL-HUDA
Cetakan Pertama: April 2010 M/ Rabiul Awal 1431 H
BAB 2 – Hal. 41 s/d 57.


Al-Quran adalah kumpulan ayat dan surah yang diwahyukan kepada Rasulullah saw sebelum dan setelah hijrah. Al-Quran diwahyukan diberbagai kesempatan dan peristiwa secara terpisah. Al-Quran diwahyukan secara bertahap, ayat per ayat, surah per surah hingga Rasulullah saw wafat. Setelah itu ayat ayat dan surah surah itu dikumpulkan menjadi buku.
Setiap kali problem yang muncul yang berkaitan dengan umat Islam, maka untuk menyelesaikannya, ayat ayat atau surah diturunkan. Peristiwa itu disebut dengan Asbabun Nuzul atau Sya’nun Nuzul. Mengetahuinya adalah hal yang sangat penting. Tujuannya adalah memahami secara jeli berapa ayat al-Quran yang diturunkan. Ayat-ayat al-Quran turun secara terpisah, karena itu al-Quran berbeda dengan kitab-kitab samawi lainnya. Suhuf Ibrahim as dan lembaran-lembaran Musa as turun sekaligus. Inilah yang menyebabkan kaum musyrik mencari-carai kelemahan kelemahan al-Quran seperti yang ditegaskan oleh ayat,
Dan orang-orang kafir berkata, “Kenapa al-Quran tidak turun sekaligus”. Al-Quran menjawab pertanyaan mereka, Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakan secara tartil (teratur dan benar) (QS.al. Furqan: 32). Dan al-Quran itu telah kami turunkan dengan ber-angsur angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian (QS. al-Isra: 106).

Hikmah penurunan al-Quran secara bertahap adalah agar Rasulullah dan kaum Muslim merasa bahwa mereka selalu berada dalam inayah Ilahi. Ada jalinan yang tidak pernah terputus antara mereka dengan Tuhan.
Dan bersabarlah dalam (menyampaikan) hukum Tuhanmu karena sesungguhnya kamu berada dibawah perlindungan (pantauan) Kami....... (QS.Thur : 48).


AWAL TURUNNYA AL-QURAN

Al-Quran diturunkan pertama kali pada bulan suci Ramadhan, tepatnya di malam Qadr (lailatul Qadr).
Bulan Ramadhan adalah bulan yang didalamnya diturunkan al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dengan yang batil) (QS. al-Baqarah :185).
Sesungguhnya Kami menurunkannya (al-Quran) pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah (QS.ad-Dukhan :3-4).
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya di malam Qadr.....(QS.al-Qadr :1).

Lailatul Qadar, kemungkinan terjadi pada dua malam yaitu malam ke 21 dan 23, bulan suci Ramadhan. Syekh Kulaini meriwayatkan dari Hasan bin Mihran ketika bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq tentang tepatnya malam lailatul Qadr, beliau menjawab,” Di salah satu dari dua malam, 21 dan 23.”
Zurarah meriwayatkan dari Imam Ja’far Shadiq bahwa beliau berkata, “Malam 19 adalah malam takdir, malam 21 adalah malam ta’yin (penentuan takdir) dan malam 23 adalah malam penutup dan disetujuinya perkara.
Syekh Shadiq berkata, “Ulama-ulama besar bersepakat bahwa lailatul qadar terjadi pada malam 23 bulan Ramadhan.

TERTUNDANYA TURUNNYA AL-QURAN SELAMA TIGA TAHUN.

Awal mula turunnya wahyu risali pada tanggal 27 Rajab, tiga belas tahun sebelum hijrah (609 M). Namun, turunnya al Quran sebagai kitab samawi, pernah tertunda selama tiga tahun. Ketertundaan ini disebut Fatrah. Ketika berada dalam rentang waktu itu, Rasulullah saw menjalankan misi dakwahnya secara diam-diam hingga ayat ini diturunkan, ‘Maka sampaikanlah secara terang terangan segala yang diperintahkan (kepadamu). (QS, al-Hijr : 94). Kemudian beliaupun berdakwah secara terang terangan.
Abu Abdillah Zanjani berpendapat bahwa setelah ayat ini diturunkan, Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan, al-Quran tidak lagi turun hingga tiga tahun. Rentang waktu itu disebut dengan nama fatrah. Kemudian al-Quran diturunkan secara bertahap dan ditolak oleh orang-orang musyrik.

MASA TURUNNYA AL-QURAN.

Masa turunnya al-Quran secara bertahap selama dua puluh tahun, dimulai tiga tahun setelah bi’tsah, hingga akhir hayat Rasulullah saw. Abu Ja’far Muhammad bin Ya’qub Kulaini Razi (w.328 H) menyebut sebuah hadis, bahwa Hafsh bin Ghiyats bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq , “Masa turunnya al-Quran adalah dua puluh tahun. Mengapa Allah berfirman, Bulan Ramadhan yang didalamnya diturunkan al-Quran ?.

Muhammad bin Mas’ud Ayyasyi Samarqandi (w.320 H) menukil dari Ibrahim bin Umar Shan’ani yang bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq, “ Bagaimanakah al-Quran bisa diturunkan pada bulan Ramadhan, jika ia diturunkan dalam tempo 20 tahun ?“
Ali bin Ibrahim Qomi meriwayatkan bahwa Imam Ja’far Shadiq menjelaskan, “.......kemudian ia diturunkan dalam kurun waktu dua puluh tahun....”.
Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Babwaih Shaduq, Allamah Majlisi, Sayid Abdullah Syubbar, dan ulama yang lain.
Said bin Musayyib (w.95 H), salah seorang fuqaha sab’ah (tujuh fakih) Madinah terkemuka dari kalangan Tabi’in, berkata , “Al-Quran diturunkan kepada Rasulullah saw ketika beliau berusia 42 tahun.” Pernyataan ini berbeda dengan bi’tsah yang disepakati seluruh umat bahwa usia beliau saat itu adalah 40 tahun.
Wahidi Neisyaburi menukil dari Amir bin Syurahbil Sya’bi, salah seorang fukaha dan satrawan tabi’in (20-109 H) yang berkata, “Masa turunnya al-Quran kurang lebih dua puluh tahun “.
Imam Ahmad bin Hanbal menukil dari pendapat ini, dia berkata, “ Kenabian beliau saw pada usia 40 tahun dan tiga tahun kemudian, al-Quran diturunkan, berangsur-angsur selama dua puluh tahun.”.
Abul Fida’yang dikenal dengan sebutan Ibnu Katsir berkata, “Seluruh sanad riwayat ini adalah sahih.”
Abu Ja’far Thabari meriwayatkan dari Ikhrimah bahwa Ibnu Abbas berkata,”Al-Quran , dari awal sampai akhir, diturunkan dalam rentang waktu dua puluh tahun.”
Abul Fida’ Ismail bin Katsir Dimasyqi (w.774 H) mengutip hadis yang disadur dari Muhammad bin Ismail Bukhari bahwa Ibnu Sabbas dan Aisyah berkata, “ Al-Quran turun di Mekkah selama sepuluh tahun dan di Madinah selama sepuluh tahun.”. Beliau juga meriwayatkan dari Asbu Ubaid Qasim bin Salam bahwa masa turunnya al-Quran adalah dua puluh tahun, beliau berkata,”Ini adalah sanad yang sahih”.

TIGA PERTANYAAN TENTANG TURUNNYA AL-QURAN.

o Bagaimana bisa al-Quran diturunkan pertama kali pada lailatul Qadar ?. Bukankah Nabi diutus pada tanggal 27 Rajab dengan lima ayat pertama dari awal surah ?.
o Bagaimana bisa al-Quran diturunkan pada lailatul Qadar ?. Bukankah al-Quran diturunkan secara bertahap dalam rentang waktu dua puluh tahun di berbagai kesempatan dan peristiwa berbeda ?.
o Ayat dan surah apa yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah saw ?. Seandainya ayat dan surah pertama yang diturunkan itu adalah surat al-Alaq dan lima ayat pertamanya, mengapa surah al-Hamdu (al-Fatihah) disebut dengan nama Fatihatul Kitab ?.

Jawaban untuk pertanyaan pertama dan ketiga adalah jelas. Turunnya al-Quran, sebagaimana yang telah dijelaskan, terjadi tiga tahun setelah bit’sah. Pada periode tiga tahun pertama bit’sah, dakwah nabi berlangsung secara diam-diam, sehingga ayat ini diwahyukan,”Sampaikan lah secara terang terangan segala yang diperintahkan (kepadamu)...... Ayat ini adalah perintah agar dakwah dilakukan secara terang-terangan. Pada saat itulah awal turunnya al-Quran”.
Mengapa surah al-Hamdu disebut sebagai Fatihatul Kitab ?. Seandainya nama surah itu sudah ada ketika Rasulullah saw masih hidup, jawabnya adalah bahwa surah ini adalah surah pertama yang diturunkan kepada Rasulullah saw secara sempurna.
Sebagian riwayat menyebutkan bahwa pada hari pertama bit’sah, Jibril mengajarkan shalat dan wudhu menurut agama Islam kepada Rasulullah saw, Tiada shalat melainkan dengan Fatihatul Kitab. Karenanya surah tersebut diturunkan secara keseluruhan.
Tentang pertanyaan kedua, banyak pendapat yang bisa dipaparkan , Berikut ini adalah ringkasan dari pendapat tersebut :

Pendapat Pertama.

Permulaan turunnya al-Quran adalah pada lailatul Qadar, sebagaimana yang dijelaskan ayat, “Bulan Ramadhan yang didalamnya diturunkan al-Quran”. Kebanyakan sejarahwan memilih pendapat ini karena orang-orang yang hidup pada saat itu (yang diajak bicara oleh wahyu) tidak memahami kata “al-Quran” sebagai sebuah kitab yang diturunkan secaara utuh, namun mereka memahami sebagai sebuah kitab yang kemudian diturunkan secara bertahap. Dengan demikian secara lahiriah , ayat ini memberikan makna permulaan turunnya al-Quran. Oleh sebab itu kebanyakan mufasir menerjemahkan ayat tersebut seperti ini ;” ..... yakni didalamnya dimulai turunnya al-Quran” , kecuali mereka yang ‘menyembah’ hadis- hadis tentang hal ini secara literal. Padahal riwayat riwayat tentang penafsiran al-Quran tidak memiliki keharusan patuh sebagaimana sebuah penghambaan, karena ketaatan hanya berlaku dalam urusan amal perbuatam, bukan dalam keyakinan dan pemahaman, khususnya apabila tidak sesuai dengan makna lahiriah kata yang membutuhkan penakwilan. Selain itu , al-Quran mengandung lafazh, frase dan kriteria-kriteria yang tidak bisa diturunkan dalam satu malam (QS.Ali Imran:123)
Dalam al-Quran diberitakan peristiwa masa lalu, seperti ayat ; “ Dan Allah telah menolong kalian di Badar, padahal kalian (ketika itu) adalah orang-orang yang lemah......Jika al-Quran diturunkan seluruhnya pada malam Qadar, berarti ayat itu juga diturunkan pada malam itu juga, berarti ayat ini menceritakan tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi pada waktu yang masih lama, bukan peristiwa yang sudah terjadi.

Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukmin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai berai. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul Nya dan kepada orang orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya.....(QS.at Taubah : 25-26).
Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (kaum musyrik Mekkah) mengeluarkannya (dari Mekkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada sahabatnya , “ Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita. “Maka Allah menurunkan ketenangan Nya kepada (Muhammad) dan pembantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah mahaperkasa lagi mahabijaksana (QS. at Taubah : 40)
Allah memaafkanmu. Mengapa kamu memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orang orang yang benar (berhalangan) dan sebelum kamu ketahui orang orang yang bedusta ? (QS, at Taubah : 43).
Orang orang yang ditinggalkan (tidak ikut dalam perang Tabuk) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka dibelakang Rasulullah, mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka dijalan Allah dan mereka berkata :
“ Janganlah kamu berangkat (pergi berperang ) dalam panas terik ini. “ Katakanlah : “Api neraka jahanan itu lebih panas,” jika mereka mengetahui.(QS.at-Taubah :81).
Dan (diatara orang orang yang munafik itu ada seorang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan bencana (kepada orang orang mukmin, untuk kekafiran dan memecah belah antara orang orang mukmin serta menunggu kedatangan orang orang yang telah memerangi Allah dan rasulnya sejak zaman dahulu…(QS at Taubah ;107).
Diantara orang orang mukmin itu terdapat orang orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka diantara mereka ada yang gugur. Diantara mereka ada (pula ) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya) (QS.al Ahzab:23). Sesungguhnya Allah telah mendengar ungkapan perempuan yang menggugatmu tentang suaminya, dan mengadukan (masalahnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan kamu bedua….(QS.al.Mujadilah :1)
Ayat ayat yang menggambarkan masa lalu banyak sekali terdapat dalam Al Quran. Seandainya Al Quran berlangsung di malam Qadr, seharusmya menggunakan kata kerja aktif (mudhari’) yang mengandung arti masa depan. Kalau tidak ,niscaya perkataan tersebut akan jauh dari kebenaran, karena ayat ayat ini menyoroti kejadian kejadian serta kebutuhan kebutuhan yang muncul di kemudian hari dan sebagai jawaban sesuai atas pertanyaan pertanyan semua kejadian itu.
Andaikan semua ayat itu diturunkan sekaligus, maka berarti bahwa Al Quran memberitahukan sesuatu atau peristiwa-peristiwa yng belum terjadi sebagai peristiwa yang telah terjadi. Akibatnya , harus kita katakan bahwa Al Quran tidak serius dengan semua kalimat. Mahasuci Allah dari penisbahan ini kepada Nya.
Selain argumentasi tersebut, di dalam Al Quran banyak sekali ayat ayat nasikh dan mansukh, umum dan khusus, muthlak(tidak bersyarat) dan muqayyad (bersyarat), mubham (implisit) dan mubayyan (eksplisit). Konsekuensi ayat nasikh adalah keterlambatan masa dari ayat mansukh. Ayat ayat yang menjelaskan ayat ayat mubayyan, khususnya yang menjelaskan ayat ayat mubhamat (ayat ayat yang samar maknanya) meniscayakan adanya jarak waktu. Tidaklah logis bila Al Quran itu diturunkan sekaligus. Ayat Bulan Ramadhan yang di dalamnya diturunkan al Quran…dan ayat ayat yang serupa lainnya mengisahkan kejadian masa lalu, termasuk ayat ayat itu sendiri. Dengan kata lain, seandainya ayat ayat tersebut memberitakan semua hal yang ada di dalam al Quran---bahwa ia telah diturunkan pada malam Qadr--- maka itu berarti bahwa al Quran memberitakan dirinya sendiri. Konsekuensinya , ayat ayat ini juga diturunkan pada malam Qadr, seharusnya ayatnya berbunyi seperti ini, yang akan diturunkan atau Kami akan menurunkannya agar bisa menjadi penjelas masa sekarang. Tetapi ayat ayat ini memberitakan tentang selain dirinya. Karena itulah, kita simpulkan bahwa maksud dari diturunkannya al Quran pada malam Qadr, adalah permulaan turunnya, bukan keseluruhan al Quran.
Syekh Shaduq mengasumsikan al Quran diturunkan dua kali ; sekaligus dan bertahap. Namun Syekh Mufid menyatakan bahwa pendapat yang dipilih oleh Syekh Abu Ja’far Shaduq itu bersumber dari sebuah hadis ahad (tidak mutawatir) yang tidak mengharuskan seseorang untuk mengamalkannya.
Turunya al Quran dalam berbagai kondisi dan kesempatan, disebut asbanun nuzul, merupakan bukti untuk tidak terpaku pada pemahaman lahiriah riwayat yang mengatakan al Quran diturunkan secara sekaligus. Al Quran berbicara tentang peristiwa yang tidak akan jelas maksudnya sebelum peristiwa tersebut terjadi, kecuali diturunkan pada peristiwa itu terjadi. Sebagai contoh, al Quran mengabarkan perkataan orang-orang munafik,
Dan mereka berkata ,
“ Hati kami tertutup”. Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka, maka sedikit sekali mereka yang beriman. (QS. al Baqarah : 88).
Al Quran juga mencatat perkataan orang orang musyrik. Dan mereka berkata,
“Jika Allah Yang Maha Pemurah menghendaki tentulah kami tidak menyembah mereka (malaikat)”. Mereka tidak memiliki pengetahuan sedikitpun tentang itu (QS. az Zukhruf : 20).
Berita berita tentang masa lalu, seperti dikabarkan oleh ayat ini, tidak mungkin dikabarkan sebelum peristiwa itu terjadi. Berita berita seperti itu sangat banyak sekali terdapat dalam al-Quran.
Sayid Murthada Alamul Huda berkata , “Jika pendapat Syekh Abu Ja’far Shadug bahwa al-Quran diturunkan dengan utuh, bersandar kepada riwayat-riwayat yang masih bersifat dugaan (dzanniy) sementara banyak dijumpai riwayat lain yang menjelaskan , bahwa al-Quran telah diturunkan dalam berbagai kesempatan ; di Mekkah dan Madinah. Sebagaimana lazimnya menyikapi beberapa peristiwa, Rasulullah saw menunggu satu ayat atau beberapa ayat diturunkan. Ayat-ayat seperti ini banyak sekali di dalam al-Quran. Selain itu al-Quran dengan tegas menunjukkan bahwa ia telah diturunkan secara terpisah . Dan orang-orang kafir berkata , “Mengapa al-Quran tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja ?”. Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil. Ayat demikianlah supaya Kami perkuat …. menjelaskan falsafah dibalik turunnya al-Quran saecara berangsur-angsur.
Pendapat Kedua
Sebagian berpendapat bahwa setiap tahun di malam Qadr, al-Quran diturunkan kepada Rasulullah saw untuk memenuhi kebutuhan ditahun itu. Kemudian , di dalam tahun itu, ayat ayat diturunkan secara bertahap sesuai dengan peristiwa yang melatarbelakanginya. Atas dasar asumsi ini, maksud dari bulan Ramadhan yang didalamnya diturunkan al-Quran diturunkan dan keterkaitannya dengan lailatul Qadar, al-Quran tidak turun dalam satu Rammadhan dan satu lailatul Qadar. Maksudnya adalah semua bulan Ramadhan dan semua malam Qadr di setiap tahun. Pendapat ini diajukan oleh Ibnu Juraih dan Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Juraih (w.150 H). Sebagian ulama setuju dengan pendapat ini. Pendapat ini bertentangan dengan makna lahiriah kalimat al-Quran.
Pendapat ketiga.
Maksud dari yang didalamnya diturunkan al-Quran adalah pada bulan Ramadhan diturunkan kabar tentang puasa dan keutamaannya. Sufyan bin Uyainah (w.198 H) berpendapat bahwa makna dari ayat itu adalah yang diturunkan al-Quran didalam keutamaannya. Dhahhak bin Muzahim (w.106 H) berkata , “Yang diturunkan (keutamaan/ kewajiban ) puasa (bulan itu) dalam Al Quran”. Sebagian ulama lain juga menerima pendpapat tersebut. Tentunya pendapat ini bisa dianggap sesuai dengan ayat yang ada dalam surat A-Baqarah, Bulan Ramadhan yang diturunkan di dalamnya Al-Quran, tetapi tidak sesuai dengan ayat ayat yang ada di dalam surah ad-Dukhan.
Pendapat keempat.
Sebagian ulama , seperti Sayid Qutub menyatakan bahwa sangat mungkin kebanyakan ayat ayat Al-Quran diturunkan pada bulan suci Ramadhan. Namun tidak ada satupun penjelasan untuk membuktikan pendapat ini. Apalagi pendapat ini hanya berkenaan dengan surat Al Baqarah, tidak bisa meliputi surat al-Qadr dan ad Dukhan . Kami telah turunkan al-Quran dimalam al-qadr. Oleh karena itu , tiga pendapat diatas (kedua , ketiga , keempat) tidak bisa diterima. Pendapat yang mungkin untuk dikaji adalah pendapat pertama dan kelima.
Pendapat kelima
Sebagian ulama berkeyakinan bahwa ada dua macam cara Al-Quran diturunkan; pertama secara sekaligus dan kedua secara bertahap. Pada malam Qadr, al-Quran diturunkan secara sekaligus kepada Rasulullah saw. Setelah itu, untuk kedua kalinya, al-Quran diturunkan secara bertahap sepanjang masa kenabian Muhammad saw. Mungkin pendapat ini paling populer dikalangan ahli hadis. Sumbernya adalah riwayat riwayat yang mereka sebutkan . Sebagian dari mereka berpendapat dengan apa yang bisa didapat dari pemahaman lahiriah riwayat dan sebagaian lain menerima riwayat-riwayat tersebut dengan penakwilan. Jalaluddin Suyuthi menyebutkan bahwa pendapat ini paling sahih, terkenal dan banyak sekali riwayat ynag mendukungnya. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Al-Quran diturunkan pada malam Qadr secara utuh ke langit dunia dan diletakkan di Baitul Izzah , kemudian diturunkan secara bertahap kepada Nabi dalam rentang waktu duapuluh tahun. Menurut riwayat riwayat Ahlusunnah, al-Quran diturunkan dari Arsy ke langit pertama (langit yang paling bawah), setelah itu diletakkan disuatu tempat bernama Baitul Izzah. Menurut riwayat riwayat Syi’ah , al-Quran turun dari Arsy ke langit ke empat dan diletakkan di Baitul Makmur. Shaduq menganggap hal ini sebagian dari ideologi Syi’ah, bahwa al-Quran diturunkan secara utuh di bulan Ramadhan pada malam Qadr di Baitul Makmur, langit ke empat. Setelah dari Baituk Makmur, al-Quran diturunkan dalam rentang waktu selama dua puluh tahun.
Ada sebagian orang bertumpu kepada riwayat secara tekstual saja dan menerima riwayat riwayat tersebut apa adanya. Berbeda dengan ahli tahkik , mereka mengkaji setiap riwayat , melakukan takwil riwayat riwayat itu dengan berbagai alasan. Apa hikmah serta maslahat dibalik turunnya al-Quran dari Arsy ke langit pertama atau keempat, kemudian diletakkan di Baitul Izzah atau Baitul Makmur ? Apa manfaat ditirunkannya al-Quran bagi orang -orang dan Nabi saw, sehingga Allah menyebutnya dengan keagungan ? Apakah yang bisa diambil dari al-Quran , yaitu ayat ayat , surah , makna-makna dan pengertian-pengertian adalah sebuah solusi ? Apakah keutamaam ketika al-Quran turun di malam Qadr, di langit pertama ?
Fakhrurrazi mengutarakan pendapatnya, sekaligus menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut, bahwa hal itu demi mempermudah urusan sehingga ketika turunnya ayat atau surah itu diperlukan , maka Jibril dapat secara langsung menurunkan ayat ayat yang diperlukan itu kepada Rasulullah saw dari tempat yang paling dekat. Namun menurut hemat kami jawaban ini sangatlah mengherankan jika diungkapkan oleh seorang sekaliber Fakhrurrazi secara keilmuannya, karena di alam metafisik tidak ada istilah jauh atau dekat.
Berkenaan dengan pendapat bahwa al-Quran diturunkan sekaligus dan ber angsur angsur, para ulama besar memiliki penjelasan yang secara umum menggunakan takwil hadis hadis . Penjelasan tersebut sebagai berikut :
• Maksud dari al-Quran turun sekaligus kepada Rasulullah saw di malam Qadr adalah pengetahuan tentang kandungan al-Quran secara universal diberikan kepada Rasulullah . Takwil ini diungkapkan oleh Syekh Shadug. Menurut beliau sesungguhnya Allah telah menganugerahkan ilmu (al-Quran) secara universal. Pada malam itu al-Quran diturunkan kepada Nabi saw tidak dengan lafazh-lafazh dan kalimat atau frase namun hanya ilmu tentang (kandungan) al-Quran yang diberikan kepada Rasulullah secara universal. Oleh karena itulah beliau saw memiliki pengetahuan yang sempurna tentang kandungan al-Quran (Sebelum diturunkan secara ber angsur angsur- peny).
• Faidh Kasyani berpendapat bahwa yang dimaksud Baitul Makmur adalah hati Rasulullah saw , karena hati beliau saw adalah Baitul Makmur milik Allah yang terletak di langit keempat. Rasulullah saw telah melampaui tingkatan benda padat, tumbuhan dan hewan. Belaiau telah mencapai tingkatan keempat , yaitu alam manusia. Setelah duapuluh tahun , setiap kali Jibril menurunkan al-Quran, maka al-Quran itu keluar dari hati Rasulullah saw melalui lisan beliau. Penafsiran seperti ini juga tidak menjawab pertanyaan dan mneyelesaikan masalah. Penjelasan seperti ini tidak menjelaskan dua bentuk turunnya al-Quran, hanya menjelaskan pengetahuan pengetahuan yang bersifat universal.
• Abu Abdillah Zanjani menjelaskan bahwa ruh al-Quran yang merupakan tujuan tujuan tinggi al-Quran serta memiliki sisi universal. Pada malam itu keuniversalan tersebut menjelma dalam hati Rasulullah saw. Telah turun ar-Ruh al Amin dengannya(al-Quran) ke hatimu. Kemudian al-Quran terujar dari lisan beliau saw sepanjang tahun. Dan al-Quran itu telah kami turunkan dengan berangsur angsur agar kamu membacakannya perlahan lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian (QS. Al-Isra :106)
• Allamah Thabathaba’i menakwilkan sama. Bedanya, beliau memberi penjelasan yang rinci. Menurut beliau, pada dasarnya al-Quran memiliki wujud dan hakikat yang lain, terselubung oleh tirai wujud lahirnya dan tak terjangkau oleh pandangan dan pengetahuan biasa. Al-Quran dalam wujud batinnya , kosong dari segala bentuk pembagian dan rincian. Al-Quran tidak parsial, tak memiliki rincian, tidak memiliki ayat dan surah. Ia adalah satu kesatuan hakiki yang satu sama lain saling berkaitan dan tersusun rapi, tersimpan di tempatnya yang sangat tinggi dan tak terjamah oleh siapapun. Inilah siuatu kitab yang ayat ayatnya tersusun dengan rapi serta dijelaskan secara rinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Mahabijaksana lagi Mahatahu (QS. Hud :1). Dan sesungguhnya al-Quran itu dalam induk al –Kitab (Lauh al-Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar benar tinggi dan amat banyak mengandung hikmah (QS.az-Zukhruf :4). Sesungguhnya ia adalah al-Quran yang mulia yang berada dalam kitab yang terjaga yang tak bisa disentuh kacuali hanya orang orang yang disucikan (QS. Al-Waqi’ah : 77-79). Dan sungguh Kami telah membawakan suatu kitab kepada mereka yang telah Kami jelaskan rinciannya (semua rahasia dan rumus mereka) berdasarkan pengetahuan… (QS.al-A’raf : 52).
Al-Quran memiliki dua wujud; pertama adalah wujud lahiriah yang terjelma dalam bentuk lafazh-lafazh dan kalimat-kalimat. Kedua adalah wujud batiniah yang tetap berada dalam posisinya. Al-Quran dalam wujud batiniah dan aslinya, menjelma ke hati Rasulullah saw secara utuh pada malam Qadr. Setelah itu al-Quran turun secara berangsur –angsur selama masa kenabian secara rinci dan lahiriah dalam berbagai kesempatan dan peristiwa.
Penakwilan seperti ini dapat diterima dan dianggap benar jika disertai dengan dasar dan landasan yang kuat. Selain itu teks ayat ayat al-Quran yang sekarang beredar ditangan semua orang tidak membicarakan tentang al-Quran lain serta hakikat lain yang tersembunyi yang disebut dengan ‘bathin’.
Untuk menunjukkan keagungan bulan Ramadhan dan malam lailatul Qadr, Allah menyampaikan masalah turunnya al-Quran. Masalah ini harus dimengerti dan diketahui oleh semua orang. Selain itu , apa manfaat mengabarkan turunnya al-Quran dari tempat yang sangat tinggi ke tempat yang paling rendah jika keduanya tak mampu dijangkau oleh manusia bahkan oleh Nabi sendiri ?. Bukankah Allah menyebut keagungan dan kebesarannya disana ? Oleh karenanya penakwilan sperti ini benar jika memilikim dasar yang kuat. Selain itu apabila kita ingin menafsirkan ayat-ayat tersebut dengan takwilan seperti ini, maka tetap saja tidak menyelesaikan masalah, karena ayat-ayat tersebut ingin menjelaskan awal turunnya al-Quran.

Tidak ada komentar: